PEMELIHARAAN TERNAK BUNTING DAN ANAK BARU LAHIR PADA KAMBING DAN DOMBA
PEMELIHARAAN TERNAK BUNTING DAN ANAK BARU LAHIR
PADA KAMBING DAN DOMBA
Oleh : Daud Samsudewa, S.Pt, M.Si
(Staff Pengajar Fakultal Peternakan UNDIP Semarang)
PADA KAMBING DAN DOMBA
Oleh : Daud Samsudewa, S.Pt, M.Si
(Staff Pengajar Fakultal Peternakan UNDIP Semarang)
PENDAHULUAN
Perkembangan ternak di Indonesia saat ini masih rendah. Berdasarkan
Data Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah 2004 peningkatan
produktivitas ternak ruminansia masih rendah. Perkembangan ternak
tahun 1999-2004 sapi perah baru mencapai angka 5,29%; sapi potong
0,52%; kambing 0,17%; domba 2,53% bahkan kerbau mengalami
penurunan 8,30%. Melihat keadaan tersebut sangat diperlukan sekali
usaha peningkatan populasi ternak.
Kambing dan Domba merupakan ternak yang menjadi andalan Jawa
tengah utamanya untuk jenis Kambing Peranakan Etawah yang banyak
dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan jenis Domba Texel yang
banyak dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Tetapi, sampai saat ini
perkembangan kambing dan domba di Jawa Tengah masih menunjukkan
peningkatan populasi yang belum begitu tinggi.
Beberapa masalah yang masih dihadapi dalam perkembangan
produktivitas ternak kambing dan domba adalah dalam bidang
reproduksi. Beberapa masalah yang sering muncul antara lain adalah
proses perkawinan, pemeliharaan ternak bunting dan perawatan anak
baru lahir. Tingkat kematian anak baru lahir pada kambing dan domba
masih cukup tinggi. Sehingga sangat dibutuhkan suatu upaya peningkatan
pengetahuan peternak dalam upaya pemeliharaan betina bunting dan
anak baru lahir.
Reproduksi Kambing dan Domba
Kambing dan domba betina mencapai pubertas pada umur 5-7 bulan.
Panjang siklus berahi kambing dan domba antara 18-22 hari atau dengan
rata-rata 21 hari dengan lama berahi 24-48 jam (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000). Kambing dan domba mengalami ovulasi menjelang akhir
estrus atau sekitar 24-26 jam setelah berahi (Toelihere, 1981; Jainudeen
et al. dalam Hafez, 2000). Tiap ovulasi kambing dan domba
mengovulasikan 1-3 sel telur (Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kambing dan domba mengalami partus atau melahirkan pada umur 150
hari kebuntingan (Toelihere, 1981; Jainudeen et al. dalam Hafez, 2000).
Kidding dan lambing interval pada kambing dan domba mencapai 240
hari dengan indek reproduksi kambing dan domba betina mencapai 1,6
anak/betina/tahun. Kambing dan domba betina mulai dikawinkan umur
12 bulan (Sodiq dan Sumaryadi, 2002).
Kambing dan domba mencapai pubertas pada umur 4-6 bulan ditandai
dengan mulainya proses spermatogenesis. Proses spermatogenesis
merupakan proses produksi spermatozoa di dalam testis pada bagian
tubuli seminiferi (Garner dan Hafez dalam Hafez, 2000). Kambing dan
domba menghasilkan semen dengan volume 0,8 – 1,2 ml per ejakulasi.
Konsentrasi spermatozoa mencapai 2000-3000 juta per ml dengan
motilitas progressive 60-80% dan abnormalitas 5-20% (Hafez, 1993).
Pemeliharaan Betina Bunting
Pemeliharaan betina bunting merupakan salah satu upaya penting
yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak.
Pemeliharaan ternak bunting perlu lebih diintensifkan utamanya dalam
hal pemberian pakan dan perawatan (hindari dari terjatuh dan benturan
atau kondisi kandang yang kurang baik). Proses pemeliharaan
kebuntingan ini sangat penting karena embrio ternak cukup labil
utamanya pada umur kebuntingan muda. Hasil penelitian Ayalon (1978)
dalam Hunter (1995) menunjukkan kematian embrional pada umur 35 –
42 hari pada domba mencapai 31%. Penelitian lain dari Toelihere (1981)
menunjukkan bahwa kematian embrional dalam minggu pertama
kebuntingan mencapai 25%. Kematian embrional ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain kondisi pakan, ketidakseimbangan hormonal dan beberapa penyakit seperti Vibriosis dan Bruchelosis (Toelihere,
1981). Alasan utama perlunya pemeliharaan betina bunting yang lebih
insentif karena betina bunting tersebut merupakan penentu kualitas
anakan yang akan dihasilkan.
Beberapa cara untuk memelihara ternak bunting adalah dengan
perbaikan pakan dan pemisahan induk bunting. Pakan menjadi salah satu
faktor penting dalam pemeliharaan betina bunting karena dengan
memberikan pakan yang baik akan memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan anakan kambing domba ataupun kesehatan
indukan. Indukan juga membutuhkan pakan yang baik terutama untuk
mempertahankan kesehatan utamanya kesehatan tulang sekaligus
digunakan untuk memproduksi air susu. Beberapa bahan pakan utama
yang dibutuhkan oleh betina bunting antara lain adalah kandungan
kalsium, asam amino essensial tertentu seperti lysin dan karbohidrat
sebagai sumber energi.
Contoh formulasi ransum yang dapat diberikan pada betina bunting
antara lain :
Hijauan 3 kg
Konsentrat :
Dedak Padi 0,5 kg
Jagung 0,5 kg
Garam dapur 1 sdt
Contoh formulasi ransum ini dapat digunakan hingga ternak betina
tersebut melahirkan. Selain itu dapat juga diberikan beberapa bahan
pakan berenergi tinggi seperti ketela pohon.
Induk harus dipisahkan untuk menghindari benturan ataupun
gangguan betina lain. Gangguan akan banyak terjadi apabila terdapat
ternak yang dominan. Selain pemisahan, kondisi kandang juga harus diperhatikan, antara lain jarak bilah pada lantai sehingga dapat
menurunkan resiko terperosok.
Perawatan Anak Baru Lahir
Selain pemeliharaan betina bunting, perawatan anak baru lahir juga
menjadi faktor utama dalam menurunkan kematian anak baru lahir.
Beberapa penyebab kematian anak baru lahir antara lain bobot badan
yang rendah, defisiensi pakan, infeksi bateri, mencret dan dehidrasi.
Penyebab kematianmenunjukkan kualitas pakan ynag baik sangat
menentukan (Hunter, 1995; Sorensen, 1979).
Persiapan kelahiran ternak juga harus diperhatikan karena dengan
kelahiran yang tidak sempurna akan menyebabkan cacat. Persiapan
kelahiran yang perlu disiapkan adalah penyediaan tempat yang luas dan
beralaskan suatu bahan yang empuk seperti jerami padi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan anak baru
lahir adalah :
1. Lakukan upaya agar indukan kambing dan domba dapat menjilati
anaknya.
2. Usahakan dalam 1-2 jam anak kambing dan domba sudah
mendapatkan susu anakan.
3. Berikan susu pengganti apabila indukan tidak mau memberikan air
susu.
4. Pisahkan anakan dan sediakan susu pengganti apabila indukan
mengusir anaknya.
Susu pengganti menjadi faktor penting bagi anakan kambing dan domba
karena dengan penggunaan susu pengganti ini akan dapat memenuhi
kebutuhan anakan.
Salah satu formulasi susu penganti yang dapat diberikan adalah :
1. Susu Murni 200 gram
2. Susu Skim 200 gram
3. Gula Pasir 100 gram
4. Oli 1 sdt
Formulasi susu pengganti ini disiapkan untuk 1 ekor anakan dan
diharapkan sekali minum.
PENUTUP
Pemeliharaan induk bunting dan anak baru lahir sangat penting
sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Apabila pemeliharaan induk
bunting dan anak baru lahir dapat diperhatikan dengan baik akan
menurunkan angka kematian anak sehingga akan meningkatkan
produktivitas kambing dan domba.